SURAMNYA MASA MUDA
(Tinjauan Individu, keluarga dan
Masyarakat)
‘yang muda yang berkarya’ selogan barusan menggambarkan
betapa kuat nya anak muda dan betapa kreatifnya anak muda dijaman ini, namun
tidak demikian dengan anak muda di kampung tipar, hamppir 30% anak muda di
kampung tersebut terbengakalai pendidikan nya dengan banyak faktor,
terbengkalai disini di maksutkan minimnya perhatian orang disekitar si anak
tersebut, sehingga terjadi putus sekolah. Seperti, orang tua, mengapa orang tua
yang disebut kurang memperhatikan anak sendiri? padahal secara logika orang tua
adalah orang terdekat bagi si anak tersebut. entah apa penyebab yang pasti.
Namu dilihat dari segi materi, sosial mungkin ini salah satu
penyebabnya, ‘kemiskinan’ satu kata yang dirasa cukup utuk mewakili beberapa
faktor yang ada. Mengapa demikian? Karna ketidak mampuan orang tua untuk
memenuhi kebijakan dari pihak pendidikan. Namun diatas permasalahan itu,
pemerintah sudah menjalankan kebijakannya sebagai pemimpin yang memang sangat
perduli dengan pendidikan dinegeranya sediri, dengan mengeluarkan ketentuan
‘sekolah geratis’ dirasa dengan adanya ketentuan tersebut pemerintah berharap
kefektifan pendidikan di indonesia akan membaik. efektifkah? Hampir mengenai
sasaran namun belum menyeluruh kesemua sektor masyarakat, nyatanya dengan angka
30% tersebut, jelas memang kebijakan pemerintah “beleum menyeluruh” mengenai
seluruh masyarakat.
Lalu
timbul lah maslah-masalah baru dari masalah tersebut, ‘kemiskinan’ bukan hanya
kekurangan materi namun kurangnya juga pengetahuan dunia luar. Dengan miskinnya
materi dan pengetahuan si orang tua terpaksa untuk tetap menjalankan kehidupan
dengan tertuju pada satu tujuan “uang”. ‘bisa makan setiap harinya saja sudah
bagus’ mungkin pemikiran itu hampir merata pada masayrakat miskin. maka dari
itu anak-anak mereka luput dari perhatian orang tuanya dan lupa akan pergaulan
diluar sana dan lupa sesungguhnya pendidikan itu sangatlah penting untuk si
anak dan masa depannya. akibat dari putus sekolah tersebut mau tidak mau, suka
tidak suka akan menambah angka pengangguran di indonesia ‘pengangguran meraba
luas, kemiskinan merajalela’ kutipan di atas adalah sebagian lirik dari grup
band di indonesia. Pengangguran lalu kemiskinan otomatis akan mengikuti, terus
akan seperti itu sampai pendidikan di indonesia “membaik” efek dari
pengangguran tersebut merambat menjadi kriminalitas. Narkoba, sex bebas,
Pncurian, perampokan sampai-sampai pelaku melukai korbannya. Mirisnya yang
melakukan adalah anak dibawah umur. Efek dari putusnya pendidikan memang sangat
luas, benar saja pendidikan memang sangat penting untuk generasi muda indonesia
karna pendidikan mengajarkan moral-moral baik yang memang sangat dibutuhkan
untuk generasi muda. Mengapa yang masih sekolah saja bisa melakukan hal
kriminalitas? seperti halnya tawuran antar pelajar, katanya pendidikan sudah
dibekali oleh moral-moral yang baik untuk menumbuhkan mainset yang baik?
Mungkin itu disebabkan oleh sistem pendidikan atau sistem sekolah itu sendiri
yang memang belum di terapkan.
Tinggal
bagai mana pemerintah menyelesaikan persoaalan tersebut. Batasi saja untuk
bagian daerah kecil, seperti di kampung tipar membuat sebuah kelompok diskusi
kecil atau organisasi yang bernama karang taruna RT/RW, hal ini dirasa membantu
untuk menampung anak-anak muda di sekitaran daerah tersebut untuk menghindari
pergaulan yang bebas dan menghindari tanggapan negatif. Fungsi dari karang
taruna itu sendiri adalah untuk memperbaiki pola pergaulan anka muda jaman
sekarang dan untuk menimbulkan kesan positif untuk anak muda itu sendiri,
mengapa? Karna karang taruna itu sedniri berisi hal-hal atau project yang
sangat bagus untuk masyrakat di lingkungan itu sendiri dan anak muda
disekitarnya. Tidak lupa juga peranan orang tua itu sendiri lebih memperhatikan
si anak dalam segi pendidikan maupun pergaulannya.