Minggu, 18 Oktober 2015

SURAMNYA MASA MUDA
(Tinjauan Individu, keluarga dan Masyarakat)

‘yang muda yang berkarya’ selogan barusan menggambarkan betapa kuat nya anak muda dan betapa kreatifnya anak muda dijaman ini, namun tidak demikian dengan anak muda di kampung tipar, hamppir 30% anak muda di kampung tersebut terbengakalai pendidikan nya dengan banyak faktor, terbengkalai disini di maksutkan minimnya perhatian orang disekitar si anak tersebut, sehingga terjadi putus sekolah. Seperti, orang tua, mengapa orang tua yang disebut kurang memperhatikan anak sendiri? padahal secara logika orang tua adalah orang terdekat bagi si anak tersebut. entah apa penyebab yang pasti. Namu  dilihat dari segi materi, sosial mungkin ini salah satu penyebabnya, ‘kemiskinan’ satu kata yang dirasa cukup utuk mewakili beberapa faktor yang ada. Mengapa demikian? Karna ketidak mampuan orang tua untuk memenuhi kebijakan dari pihak pendidikan. Namun diatas permasalahan itu, pemerintah sudah menjalankan kebijakannya sebagai pemimpin yang memang sangat perduli dengan pendidikan dinegeranya sediri, dengan mengeluarkan ketentuan ‘sekolah geratis’ dirasa dengan adanya ketentuan tersebut pemerintah berharap kefektifan pendidikan di indonesia akan membaik. efektifkah? Hampir mengenai sasaran namun belum menyeluruh kesemua sektor masyarakat, nyatanya dengan angka 30% tersebut, jelas memang kebijakan pemerintah “beleum menyeluruh” mengenai seluruh masyarakat. 

          Lalu timbul lah maslah-masalah baru dari masalah tersebut, ‘kemiskinan’ bukan hanya kekurangan materi namun kurangnya juga pengetahuan dunia luar. Dengan miskinnya materi dan pengetahuan si orang tua terpaksa untuk tetap menjalankan kehidupan dengan tertuju pada satu tujuan “uang”. ‘bisa makan setiap harinya saja sudah bagus’ mungkin pemikiran itu hampir merata pada masayrakat miskin. maka dari itu anak-anak mereka luput dari perhatian orang tuanya dan lupa akan pergaulan diluar sana dan lupa sesungguhnya pendidikan itu sangatlah penting untuk si anak dan masa depannya. akibat dari putus sekolah tersebut mau tidak mau, suka tidak suka akan menambah angka pengangguran di indonesia ‘pengangguran meraba luas, kemiskinan merajalela’ kutipan di atas adalah sebagian lirik dari grup band di indonesia. Pengangguran lalu kemiskinan otomatis akan mengikuti, terus akan seperti itu sampai pendidikan di indonesia “membaik” efek dari pengangguran tersebut merambat menjadi kriminalitas. Narkoba, sex bebas, Pncurian, perampokan sampai-sampai pelaku melukai korbannya. Mirisnya yang melakukan adalah anak dibawah umur. Efek dari putusnya pendidikan memang sangat luas, benar saja pendidikan memang sangat penting untuk generasi muda indonesia karna pendidikan mengajarkan moral-moral baik yang memang sangat dibutuhkan untuk generasi muda. Mengapa yang masih sekolah saja bisa melakukan hal kriminalitas? seperti halnya tawuran antar pelajar, katanya pendidikan sudah dibekali oleh moral-moral yang baik untuk menumbuhkan mainset yang baik? Mungkin itu disebabkan oleh sistem pendidikan atau sistem sekolah itu sendiri yang memang belum di terapkan.

          Tinggal bagai mana pemerintah menyelesaikan persoaalan tersebut. Batasi saja untuk bagian daerah kecil, seperti di kampung tipar membuat sebuah kelompok diskusi kecil atau organisasi yang bernama karang taruna RT/RW, hal ini dirasa membantu untuk menampung anak-anak muda di sekitaran daerah tersebut untuk menghindari pergaulan yang bebas dan menghindari tanggapan negatif. Fungsi dari karang taruna itu sendiri adalah untuk memperbaiki pola pergaulan anka muda jaman sekarang dan untuk menimbulkan kesan positif untuk anak muda itu sendiri, mengapa? Karna karang taruna itu sedniri berisi hal-hal atau project yang sangat bagus untuk masyrakat di lingkungan itu sendiri dan anak muda disekitarnya. Tidak lupa juga peranan orang tua itu sendiri lebih memperhatikan si anak dalam segi pendidikan maupun pergaulannya.

REMAJA DI MAKAN ERA GLOBALISASI
(Tinjauan Pemuda dan Sosialisasi)

Semakin berkembangnya jaman dan teknologi manusia di tuntut untuk menggaulinya, terutama untuk pemuda penerus bangsa, harapan dan cita-cita bangsa. Banyak yang mengaku pemuda/remaja namun dilihat dari perilaku maupun gaya besosialisasinya belum layak dikatakan pemuda/remaja, dikarnakan para remaja banyak yang salah tanggap dalam mengikuti era gelobalisasi, contohnya seperti pengunaan sosialmediadan internet yang isinya mencakup sangat luas yang berbau negativ maupun positif sehingga memberikan bebagai macam dampak. Seharusnya dengan adanya internetbisa dijadikan ladang sumber untuk belajar para remaja dan bisa dijadikan sebagai alat asah kemampuan yang mereka miliki dibidang teknologi dan komunikasi.
          Citra anak muda yang haus akan jati diri hampir terbentuk dengan sendirinya dengan dari bebagai aspek. semakin banyak pengetahuan yang mereka dapatkan dari perkembangan era globalisasi ini semakin mudah mereka menemukan dan membentuk karakteristik diri. contoh, gaya remaja dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, kebanyakan remaja di zaman ini sulit dalam bersosialisasi di lingkungan nya sendiri dikarnakan dunia luar yang sangat berperan ikut serta membantu dalam pembentukan pola fikir sehingga banyak timbul permasalahan-permasalahan anak remaja yang bersangkutan dengan nilai-nilai norma kehidupan dalam bersikap tentunya sudah menjadi hukum duniawi. ‘remaja’ yang masih perlu pembimbing dan arahan, maka dari itu peranan orang tua/keluarga sangat penting namun pendidikan disini juga sangat di perlukan untuk mengatur dan mengarahkan pertumbuhan pola pikir remaja.
Remaja dalam peroses pertumbuhan dan perkembangan diri banyak mengalami permasalahan yang cukup serius untuk di tangani, bukan hanya dalam segi pembentukan karakteristik diri namun dalam segi prilaku yang tidak mencerminka para remaja, yaitu seperti tindakan kriminalitas, narkoba, dan masih banyak lagi. Banyak dan beragam cara untuk mengatasi permasalahan remaja. seperti, memberi bimbingan yang cukup, memberi pengalaman hidup  dari orang tua nya itu sendiri, memberi pendidikan yang layak dan memberi pelatihan bagi remaja yang putus sekolah. Setelah menanggapi permasalahan remaja yang ada, di harapkan pemuda dan remaja bisa menjadi penopang dan penerus bangsa yang lebih baik dan tidak menjadi makanan dan sasaran empuk bagi ere globalisasi ini.