KETERBATASAN KEMAMPUAN
.
PENDAHULUAN
Manusia
adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan
kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di
sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap
apa-apa yang dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa
yang hendak dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang
dapat mempengaruhi kemampuan kognitif pada manusia meliputi tingkat
intelejensi, kondisi fisik, serta kecepatan dalam memproses informasi pada
manusia. Bila kecepatan sistem proses informasi terganggu, maka akan
berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.[1][1] Manusia
memiliki 5 alat indera yang memiliki fungsi yang berbeda, namun permasalahan
yang akan kita bahas disini adalah keterbatasan indera manusia dalam
mengaplikasikan fungsi masing-masing dan akibat dari keterbatasan indera
manusia itu sendiri.
Keterbatasan
indera yang terjadi bukanlah karena disengaja oleh setiap orang, tetapi itu
semua adalah ketetapan tuhan yang bisa dijadikan pembelajaran atau pengetahuan
yang bermanfaat. Keterbatasan indera manusia inilah yang membuat orang dapat
memiliki berbagai pendapat dalam menjalankan kehidupan sehari-sehari. Dari
semua materi yang akan kita bahas sangat berkaitan dengan kejadian di
masyarakat. Akibat keterbatasan alat indera kita, maka mungkin saja timbul salah informasi, salah
tafsir atau salah pemikiran.[2][2] Mitos juga termasuk bagian dari
penyebab keterbatasan indera manusia.
B.
DIMENSI
PENGINDERAAN
Alat indera
diantara manusia berbeda-beda dimensinya. Ada yang tajam penglihatannya, ada
pula yang tidak. Ada yang tajam penciumannya, ada pula yang lemah.[3][3]
Pengalaman
inderawi: pengalaman inderawi (sensori experience) tergantung dari
sifat-sifat diterima rangsang sehingga kita mempunyai pengalaman inderawi yang
dapat kita paparkan dalam suatu bentangan kuat-lemah, lama-sebentar,
kasar-halus, panas-dingin, dan sebagainya. Bentangan sifat-sifat seperti itulah
yang disebut dimensi penginderaan. Ada 4 dimensi penginderaan, yaitu:
1.
Intensitas:
kuat-lemahnya penginderaan suatu rangsang tertentu. Kita dapat membedakan
cahaya kuat dan lemah. Intensitas penginderaan kita jumpai pada semua indera.
2.
Ekstensitas:
penghayatan terhadap tebal-tipis, luas-sempit, besar-kecil, dan lain-lain.
3.
Lamanya:
penginderaan dapat berlangsung lama atau sebentar.
4.
Kualitas:
kita dapat membedakan kualitas rangsang, misalnya nada atau sam beratnya
mungkin tidak dapat kita warna.[4][4]
C.
ALAT- ALAT
INDERA
Alat-alat
indera adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan
sesuai dengan modalitas masing-masing. Alat indera manusia ada 5, yakni mata,
telinga, hidung, lidah, dan kulit. Mata dan telinga dianggap sebagai higher
senses karena memberikan informasi inderawi yang lebih kaya di bandingkan
hidung, lidah dan permukaan kulit (lower senses).[5][5] Khusus untuk alat indera penciuman
dan pengecap, bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dikecap maupun
yang diciumnya.[6][6]
Berikut alat-alat indera pada
manusia beserta penjelasannya.
1.
Mata
Mata adalah
alat indera yang indera yang digunakan untuk indera pengelihatan. Pada mata
terdapar dua saraf, yaitu conus (berbentuk kerucut) dan bacillus
(berbentuk batang). Keduanya saraf ini pekak terhadap cahaya dan terletak pada
retina mata, perbedaan hanya pada penerimaannya. Bacillus sangat
sensitif , sedang conus kurang sensitif. Bacillus peka terhadap cahaya
remang-remang, sedang conus peka terhadap cahaya yang kuat (conus membutuhkan
intensitas 1000 kali lebih kuat dari rangsangan yang diterima bacillus).
Dalam
penginderaan warna ada dua sistem, yaitu sistem akromatis (hitam putih) dan
kromatis (berwarna). Kromatis mengenal 4 warna dasar, yaitu: merah, kuning,
hijau, dan biru. Sedang akromatis mengenal perbedaan 3 sistem sebagai pembeda
sepasang warna (trikromat), ketiga sitem tersebut ialah sistem
terang-gelap, sistem kuning-biru. Sistem merah-hijau.
2.
Telinga
Telinga
adalah alat indera yang digunakan untuk indera pendengaran. Telinga dengan
segala perlengkapan didalamnya, terutama gendang telinga (memeran timpani)
denngan saraf-saraf reseptor getaran telinga bagian dalam (cochlea).
Rangsangan yang sesuai untuk indera ini adalah getaran-getaran undara,
perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bila getaran-getaran tersebut teratur
dan periodik, maka akan terdengar nada. Tetapi, jika getaran-getaran tersebut
tidak teratur akan terjadi desah.
3.
Hidung
Hidung
adalah alat indera yang digunakan untuk indera penciuman. Hidung dan
saraf-saraf reseptornya. Rangsang yang sesuai untuk indera ini adalah zat-zat
kimiawi yang berbentuk gas.
4.
Lidah
Lidah adalah
alat indera yang digunakan untuk indera pengecap. Lidah dengan saraf-saraf
reseptor pada papila-papila rasa diatas dan disekeliling lidah. Rangsangan yang
sesuai denagn indera indera ini adalah cairan kimiawi.
5.
Kulit
Kulit adalah
alat indera yang digunakan untuk indera perasa/peraba. Alat-alat indera tidak
terbatas pada permukaan kulit pada reseptor-reseptornya, tetapi juga menyangkut
alat-alat yang peka terhadap orientasi dan keseimbangan. Oleh karena itu,
rangsangan yang sesuai untuk indera ini juga bermacam-macam. Kulit berfungsi
memberikan informasi tentang kualitas lingkungan. Oleh karena itu, kulit
mempunyai berbagai reseptor yang terdapat pada titik-titik permukaan kulit,
yaitu titik-titik tekanan, nyeri, panas, dingin.[7][7]
D.
KETERBATASAN
ALAT INDERA
1.
Alat
pengelihatan
Banyak benda yang bergerak dengan
cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan 10 gambar
dalam satu detik jika ukuran partikel terlalu kecil. Demikian juga, jika benda
yang dilihat terlalu jauh, mata tak mampu melihatnya.
2.
Alat
pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada
getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 per detik. Getaran
dibawah 30 atau di atas 30.000 per detik tak dapat terdengar oleh telinga
manusia. Telinga manusia hanya dapat
mengenali sejumlah suara terbatas yang timbul secara serentak (simultan).
3.
Alat
pengecap
Manusia hanya dapat membedakan 4
jenis rasa, yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Indera ini sangat berkaitan
dengan indera penciuman. Orang yang penciuman tidak berfungsi (anosmia), sering
kali merasakan masakan yang ia makan hambar.[8][8]
4.
Alat
Penciuman
Bau seperti parfum dan lainnya dapat
tercium oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh
juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda
lainnya.
5.
Alat perasa
Alat perasa pada pada kulit manusia
dapat membedakan panas atau dingin. Namun, ini sangat relatif sehingga tidak
dapat dipakai sebagai alat obseervasi yang tepat. Manusia juga memiliki penginderaan dalam (deep sensibility) misal
penginderaan otot dan sendi maupun penginderaan statis dan keseimbangan.
Manusia mempunyai perbedaan yang sangat besar dalam memperkirakan berat, jarak dan arah antara satu dengan yang lain.[9][9]
E.
KESIMPULAN
DAN PENUTUP
Keterbatasan
indera manusia adalah kemampuan alat indera manusia dalam menerima informasi
dari suatu objek. Apabila kemampuan indera manusia tidak terbatas, tentu akan
mengganggu aktifitqas keseharian dari mnusia. Kemampuan indera masing-masing
manusia itu menyebabkan perbedaan persepsi, yang dimana persepsi itu ialah
pemikiran yang diungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun
suatu kejadian yang dialami, seperti mengatakan bahwa jika pelangi muncul maka
itu adalah selendang bidadari, itu adalah mitos yang disebabkan oleh
keterbatasan indera mausia dan juga belum adanya pengetahuan tetang benda
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar