Senin, 20 November 2017

Etike Profesi



DEFINISI PROFESIONALISME

Istilah profesionalisme berasal dari kata professio, dalam Bahasa Inggris professio memiliki arti sebagai berikut:
A vocation or occupation requiring advanced training in some liberal art or science and usually involving mental rather than manual work, as teaching, engineering, writing, etc. (Webster dictionary, 1960:1163).
Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan –serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya kehidupan.
( suatu pekerjaan atau jabatan yang membutuhkan pelatihan yang mendalam baik di bidang seni atau ilmu pengetahuan dan biasanya lebih mengutamakan kemampuan mental daripada kemampuan fisik, seperti mengajar, ilmu mesin, penulisan, dll ). Dari kata profesional tersebut melahirkan arti profesional quality, status, etc yang secara komprehensif memilki arti lapangan kerja tertentu yang diduduki oleh orang orang yang memilki kemampuan tertentu pula (Pamudji,1985).
Demikian juga dengan apa yang dikatakan oleh Korten & Alfonso (1981) dalam Tjokrowinoto (1996:178) yang dimaksud dengan profesionalisme adalah “kecocokan (fitness) antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-competence) dengan kebutuhan tugas (task-requirement), antara lain :  
1.      Merencanakan adalah suatu usaha untuk mepengaruhi fungsi, struktur, atau penyerapan satu tujuan organisasi atau lembaga pemerintahan
2.      Mengkoordinasikan melakukan inovasi yang tidak terikat kepada prosedur administrasi
3.      Melaksanakan fungsi secara efisien mengambil langkah-langkah yang perlu dengan mengacu kepada misi yang ingin dicapai
4.      Etos kerja tinggi adalah giat, rajin dan serius tunduk terhadap otoritas yang lebih tinggi, Kreatif, Mandiri dan Siap Bekerja Sama dalam manghadapi tantangan
Menurut pendapat tersebut, kemampuan aparatur lebih diartikan sebagai kemampuan melihat peluang-peluang yang ada bagi pertumbuhan ekonomi, kemampuan untuk mengambil langkah-langkah yang perlu dengan mengacu kepada misi yang ingin dicapai dan kemampuan dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh kembang dengan kekuatan sendiri secara efisien, melakukan inovasi yang tidak terikat kepada prosedur administrasi, bersifat fleksibel, dan memiliki etos kerja tinggi.

 Pandangan lain seperti Siagian (2000:163) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme adalah “keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan”.
Terbentuknya aparatur profesional menurut pendapat diatas memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang dibentuk melalui pendidikan dan pelatihan sebagai instrumen pemutakhiran.
Dengan pengetahuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh aparatur memungkinkan terpenuhinya kecocokan antara kemampuan aparatur dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional. Artinya keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi. Apabila suatu organisasi berupaya untuk memberikan pelayanan publik secara prima maka organisasi tersebut mendasarkan profesionalisme terhadap tujuan yang ingin dicapai.
Dalam pandangan Tjokrowinoto (1996:191) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme adalah kemampuan untuk untuk menjalankan tugas dan menyelenggarakan pelayanan publik dengan mutu tinggi, tepat waktu, dan prosedur yang sederhana.
Terbentuknya kemampuan dan keahlian juga harus diikuti dengan perubahan iklim dalam dunia birokrasi yang cenderung bersifat kaku dan tidak fleksibel

Senin, 16 Oktober 2017

Analisa jurnal

Judul                          : Analisis Manajemen Mutu (TQM) dalam meningkatkan
  produktivitas PT Mustika Ratu yang bersertifikat ISO 9002
Jurnal                           : Manajemen Mutu
Penulis                         : Lina Rahardja
Volume                       : Vol 2 No. 2
Tahun                          : 2010
Reviewer                     : Pahmi Hamda (Kelompok 3)
Tanggal                       : 16 Oktober 2017

Tujuan Penelitian        : Mengetahui penerapan TQM, dan mengetahui penerapan ISO 9002
                                      Pada PT Mustika Ratu.
Subjek Penelitian        : PT Mustika Ratu.
Metode Penelitian       : Menggunakan Metode TQM (Total Quality Management)
Alasan dilakukan
Penelitian                    : Untuk mencapai kepuasan konsumen.
Variabel Dependent    : Produktivitas yang dapat diukur melalui Quality Productivity Ratio
                                      (QPR).
Variabel Independent : TQM yang dapat diukur adalah customer focus, process improvement
                                      dan total involvement.
Penelilian                     : 1. Melakukan pendekatan studi kasus, yaitu dengan melakukan                                 Pembahasan dan permasalahan yang dihadapi oleh PT Mustika Ratu
                                        Dalam penerapan TQM
                                                   2. Menganlisa penerapan PT Mustika Ratu dalam melakukan
                                                       Penerapan TQM
Hasil Penelitian           : 1.PT Mustika Ratu mengalami peningkatan mutu produk berdasarkan
                                        Peningkatan produksi dan penurunan produk cacat.
   2. Melalui penerapan mutu TQM, maka mutu produk akan selalu
    terjaga pada suatu standar tertentu. Hal ini dapat dilihat dengan
    adanya sistem pengawasan mutu yang baik. Dengan adanya
    dokumentasian setiap kegiatan, maka tingkat kesalahan dapat
    diperkecil. Jika terjadi kesalahan, maka dapat segera diatasi
    sehingga tidak mengganggu proses produksi.
Kelebihan                    : Kelebihan dalam jurnal ini adalah kita dapat mengetahui metode apa
                                      Yang dipakai. Sebuah jurnal bisa dikatakan kuat jika menggunakan
                                      Metode yang tepat.
Kwkurangan               : Tidak terdapat flowchart pada bab 3, sehingga pembaca tidak dapat
                                      Mengetahui dengan jelas langkah-langah penelitian yang dilakukan.


Selasa, 25 April 2017

KEMISKINAN DAN KETERTINGGALAN



KEMISKINAN DAN KETERTINGGALAN


Banyak sekali permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian dari waktu ke waktu menjadi suatu permasalahan yang kompleks dan seakan-akan sulit untuk dibenahi. Saat ini saya ingin membahas salah satu permasalahan sosial yang sudah lama menjadi suatu permasalahan yang berlarut-larut dan bahkan semakin parah, yaitu tentang “Pengangguran dan Keterkaitannya Dengan Kemiskinan”.
                Dua permasalahan sosial ini saling berkaitan, Pengangguran sendiri dapat diartikan sebagai seseorang yang tidak mempunyai pekerjaaan. permasalahan yang timbul ke permukaan berkaitan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk adalah ketidakseimbangan antara pertumbuhan lapangan pekerjaan dengan semakin bertambahnya tenaga kerja setiap tahunnya. Hal ini akan menimbulkan kelebihan penawaran tenaga kerja dibandingkan dengan permintaannya. Sehingga fenomena ini memunculkan adanya pengangguran.  Pengangguran, di satu sisi menunjukkan adanya selisih antara permintaan (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor) dalam suatu perekonomian. Diluar itu terdapat juga sebab-sebab non ekonomis seperti pranata, sikap dan pola tingkah laku yang berhubungan dengan pengamanan hak kerja, serta keinginan si penganggur untuk menerima jenis pekerjaan yang lebih cocok dengan kualifikasi, aspirasi atau selera mereka. (Munir, 1985)
Permasalahan tentang pengangguran merupakan permasalahan yang sepertinya sudah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia , mengapa saya katakan demikian ? karena masalah pengangguran sendiri dari hari ke hari semakin meningkat , menurut saya hal tersebut di mulai dari masa krisis global yang melanda Indonesia , yang menyebabkan banyak perusahaan gulung tikar dan mem PHK kan sejumlah karyawannya.
Permasalahan pengangguran juga merupakan permasalahan yang cukup serius bagi banyak negara di dunia, bahkan hampir semua negara mengalami permasalahan tentang pengangguran. Menjadi seorang pengangguran sendiri dapat mengakibatkan banyak hal negatif bagi seseorang, baik dalam dirinya  sendiri maupun di dalam kelompok sosialnya. 
Permasalahan kemiskinan sendiri  merupakan permasalan global. Semua negara di dunia pasti mengalami permasalahan tentang kemiskinan. Entah permasalahan ini cukup penting atau tidak di negara tersebut, tergantung pada presentasi tingkat kemiskinan di negara tersebut. Sedangkan kemiskinan sendiri dapat didefinisikan sebagai, kurangnya makanan dan tempat tinggal minimal yang diperlukan untuk mempertahankan hidup. Lebih khusus, kondisi ini dikenal sebagai kemiskinan absolut. Sedangkan bila dilihat dari pengertian kemiskinan relatif yaitu mereka yang tidak mempunyai apa-apa yang dibutuhkan oleh kebanyakan orang untuk hidup layak karena mereka berpenghasilan kurang dari separuh pendapatan rata-rata bangsa di negara atau daerah tersebut. Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang rumit dan tidak ada masalah yang sederhana untuk solusi masalah kemiskinan. Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
·      penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
·         penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
·         penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
·   penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
·       penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Tingkat stres dalam keluarga juga telah terbukti berkorelasi dengan keadaan ekonomi. Hal ini  menunjukkan bahwa kehilangan pekerjaan dan kemiskinan berikutnya berhubungan dengan kekerasan dalam keluarga, termasuk anak dan penyalahgunaan wewenang  orang tua. Keluarga miskin mengalami stres jauh lebih banyak dari keluarga kelas menengah. Selain ketidakpastian keuangan, keluarga ini lebih mungkin terkena serangkaian peristiwa negatif dan "nasib buruk," termasuk sakit, depresi, penggusuran, kehilangan pekerjaan, korban kejahatan, dan kematian keluarga. Orangtua yang mengalami masa ekonomi sulit dapat menjadi terlalu rugi dan tidak menentu, mengeluarkan tuntutan didukung oleh penghinaan, ancaman, dan hukuman fisik.
Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
·         Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
·         Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
·         Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
Tingginya tingkat pengangguran yang terjadi di suatu daerah/negara juga secara otomatis tingkat kemiskinan di suatu daerah atau negara tersebut pun akan tinggi pula. Karena pengangguran merupakan permasalahan sosial yang menyebabkan seseorang akan mengalami ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang diakibatkan dari tingkat perekonomian nya yang rendah. Dan hal tersebut mendorong terjadinya tingkat kemiskinan yang meningkat, selain itu juga menyebabkan permasalahan sosial lainnya , seperti tingkat kriminalitas yang tinggi, kemampuan sumber daya manusia yang tidak tidak baik akibat kebutuhan gizi masyarakat yang tidak terpenuhi sebagi dampak pengangguran yang menyebabkan masyarakat menjadi miskin, lalu tingkat daya beli masyarakat pun akan melemah dalam memenuhi kebutuhan hidup minimumnya, hal ini juga mengakibatkan kurang nya kemampuan masyarakat dalam membayar pajak artinya pendapatan negara pun berkurang yang menyebabkan proses pembangunan menjadi terhambat dan tidak berkembang, kemudian hal tersebut menyebabkan banyak nya perusahaan/industri-industri yang kekurangan investor dalam berproduksi, karena tidak ada investor yang mau menanmkan sahamnya di negara/daerah yang tidak memungkinkan mereka untuk mendapatkan laba. Hal ini akan menyebabkan suatu daerah/negara.